Pemanasan global menjadi topik perbincangan yang selalu hangat dihidangkan kapan saja dan di mana saja. Persoalan ini sudah diperdebatkan oleh kalangan ilmuwan sejak akhir dekade 1970-an. Pemanasan global merupakan gejala naiknya intensitas efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh gas rumah kaca di atmosfer, yaitu CO 2 (karbon dioksida), CH 4 (metana), N 2 O (nitrogen oksida), CFC (kloro fluoro karbon), HFC (hidro fluoro karbon), PFC (perfluoro karbon), dan SF 6 (sulfur heksafluoro). Gas rumah kaca dapat memantulkan sinar matahari yang terperangkap di bumi secara berulang-ulang ke bumi sehingga temperatur permukaan bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca kebanyakan datang dari asap pabrik, kendaraan bermotor, dan pembakaran. Tak disangka sampah jenis organik juga menyumbang pembentukan gas rumah kaca. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) didominasi oleh sampah organik sebanyak 60%, sampah plastik 14%, sampah
Zaman modern tidak terlepas dari berbagai kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Kebutuhan manusia yang kian lama tidak terkendali dan kegiatan manusia yang semakin beragam akan menghasilkan sampah yang tidak terbendung dari pembelian berbagai produk. Saat ini alam sudah kewalahan menahan sampah-sampah yang semakin menggila dan minimnya kesadaran dari manusia. Pada akhirnya sampah akan menjadi bumerang bagi manusia di kemudian hari. Pada tahun 2005, longsor sampah terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. Sebanyak 143 orang terkubur dalam longsor sampah dan tidak kurang dari 86 rumah orang habis ditelan sampah. Padahal sudah ada solusi yang ditawarkan dan cukup mudah untuk memulainya. Solusinya adalah z ero waste lifestyle . Sumber: Suara.com Menurut pendiri Zero Waste Indonesia , Maurilla Sophianti Imron dalam blog zerowaste.id , z ero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengkonsumsi dan mema