Skip to main content

Zero Waste Lifestyle Bukan Hanya Soal Sampah Plastik

Zaman modern tidak terlepas dari berbagai  kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Kebutuhan manusia yang kian  lama tidak terkendali dan kegiatan manusia yang semakin beragam akan menghasilkan sampah yang tidak terbendung dari pembelian berbagai produk. Saat ini alam sudah kewalahan  menahan sampah-sampah yang semakin menggila dan minimnya kesadaran dari manusia. Pada akhirnya sampah akan menjadi bumerang bagi manusia di kemudian hari. Pada tahun 2005,  longsor sampah terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. Sebanyak 143 orang terkubur dalam longsor sampah dan tidak kurang dari 86 rumah orang habis ditelan sampah. Padahal sudah ada solusi yang ditawarkan dan cukup mudah untuk memulainya. Solusinya adalah zero waste lifestyle.


Sumber: Suara.com

Menurut pendiri Zero Waste Indonesia, Maurilla Sophianti Imron dalam blog zerowaste.id, zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengkonsumsi dan memaksimalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Konsep dari zero waste adalah mengendalikan diri kita untuk tidak lagi konsumtif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Banyak sekali orang yang baru mendengar "zero waste" akan terkejut dan mundur duluan karena mengharuskan tidak menghasilkan sampah. Sangat mustahil bila manusia tidak menghasilkan sampah. Setiap belanja tidak luput dengan bungkus plastik bahan makanan dan kaleng ikan sarden. Akhirnya plastik dan kaleng itu akan dibuang ke tong sampah dengan begitu saja ketika bahan makanan akan dikonsumsi. Kebiasaan itu memang normalーambil, pakai, dan buangーtetapi kesadaran diri terhadap lingkungan akan menilai buruk kebiasaan tersebut. Bea Johnson dalam Zero Waste Home mengenalkan 6R: rethink, refuse, reduce, reuse, recycle, repair atau memikirkan, menolak, mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan memperbaiki. 


Zero waste lifestyle bukan berarti anti terhadap plastik. Plastik bukanlah sesuatu yang buruk. Plastik diciptakan sangat kuat agar dapat digunakan secara terus-menerus. Hal yang berbahaya dari plastik adalah single use plastic atau plastik satu kali pakai. Justru itu yang sangat dihindari oleh pegiat zero waste. Misalnya, saat memesan makanan di cafe dan ingin membungkusnya, berikan kotak makan kepada kasir agar makanan yang dipesan tidak dikemas dengan plastik. Sebenarnya yang kita butuhkan adalah isinya dan kemasannya akan berakhir di tempat sampah saat sampai di rumah. Kemasan plastik dari cafe itu hanya digunakan beberapa jam sebagai pelindung makanan lalu dibuang. Bagaimana jika setiap menitnya penduduk di dunia melakukan hal yang serupa? Berapa banyak sampah yang dihasilkan? Maka sangat dianjurkan membawa tas kain untuk belanja, botol dan kotak makan saat jam makan di kantor atau sekolah, dan masih banyak aksi lain untuk menghindari single use plastic. Namun, tidak ada salahnya juga menggunakan plastik karena plastik sangat dibutuhkan untuk pembuatan kotak makan, botol, mangkuk, tudung saji, litter box kucing, pot bunga, dan lain-lain. Plastik adalah salah-satu bukti perkembangan ide-ide ilmuwan untuk memudahkan setiap aktivitas manusia. Asalkan dapat bijak menggunakannya, yaitu gunakan terus-menerus sampai plastik itu rusak.


Zero waste bukan hanya soal sampah plastik, tetapi juga soal buangan atau limbah yang tidak terlihat. Ketika menggunakan air perlu diperhatikan penggunaannya agar tidak ada air yang terbuang sia-sia. Zero waste lifestyle mengajarkan hidup hemat air karena keberadaan kita dengan segala kecukupan perlu disyukuri ketika menengok krisis air di daerah lain. Dalam Webinar "Zero Waste Living, Seni Hidup Minimalis yang Berdampak Besar Pada Lingkungan" yang diselenggarakan oleh PT. JIEP (2020), Ananto Isworo mengenalkan Program Eco Masjid salah-satunya, memanen air wudhu atau hujan. Air wudhu dan air hujan yang terbuang lebih baik ditampung ke dalam wadah untuk digunakan saat menyiram tanaman, kendaraan, halaman, dan lain-lain. Selain itu, polusi udara yang tidak asing ditemukan di jalanan menjadi perhatian kita untuk budayakan berjalan kaki atau bersepeda. Ketika akan menempuh jarak yang sangat jauh dapat menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau kendaraan pribadi jika terpaksa. Terkadang banyak orang yang meremehkan kondisi ekonomi kita saat berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum, tetapi nyatanya mereka tidak sadar kalau kita sedang berkontribusi untuk alam sedangkan mereka hanya bersuara tanpa fakta.


Zero waste lifestyle juga mengubah pola pikir kita mengenai apa yang menjadi kebutuhan dan sekadar keinginan. Menurut Maurilla Sophianti Imron dalam channel YouTube pribadinya, ketika kita bertekad mengubah gaya hidup kita untuk alam, tidak perlu memaksa diri menjadi estetik. Menggunakan terlebih dahulu apa yang sudah ada di rumah selagi bisa digunakan dan jangan beli baru jika memang belum membutuhkan. Jika menuruti keinginan, belum tentu menjadi kebutuhan kita dan akhirnya dalam waktu dekat akan berakhir menjadi sampah. Menurut The Economist Intelligence Unit (2016), di Indonesia tercatat bahwa setiap orang menghasilkan sebesar 300 kg food waste setiap tahunnya, hal inilah yang akhirnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan food waste terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Padahal sampah makanan bukanlah sampah sesungguhnya karena masih bisa dikonsumsi. Bayangkan banyak orang di belahan dunia yang susah mendapatkan makanan dan mungkin akan bersyukur mendapatkan sisa makanan yang masih layak. Zero waste lifestyle mengajarkan kita untuk berpikir kembali terhadap apa yang akan kita beli sehingga membuat kita lebih kritis. Apakah saya membutuhkan ini? Apakah ini dapat digunakan dalam jangka waktu lama? Apa yang akan saya lakukan setelah barang ini tidak diperlukan? Apakah saya bisa menghabiskan makanan dan minuman saya? Bagaimana jika saya tidak bisa menghabiskannya agar tidak berakhir di tong sampah?


Tanpa disadari setelah zero waste menjadi kebiasaan, manfaat akan dirasakan oleh diri sendiri dan lingkungan. Sampah yang kita hasilkan tidak sebanyak biasanya karena zero waste tidak mengharapkan banyaknya jumlah sampah yang terlantar di TPA. Bagusnya bila serempak penduduk bumi beralih ke zero waste lifestyle sehingga waktu pemulihan lingkungan akan lebih cepat. Gaya hidup zero waste membuat diri kita lebih sehat karena mulai membiasakan jalan kaki atau bersepeda ke lokasi terdekat. Pengeluaran listrik dan air pun tidak akan membengkak dan kita dapat terlatih hidup sederhana. Mematikan lampu saat tidak dipakai, tidak menghidupkan lampu di siang hari, mencabut kabel listrik setelah dipakai, tidak menggunakan air dengan percuma, memesan makan dan minuman secukupnya, dan ternyata masih banyak lagi langkah kecil yang luar biasa. Walaupun zero waste memang terlihat kecil, tetapi langkah ini sangat sederhana dan tidak menguras dompet. Saat kita lakukan zero waste lifestyle bersama-sama akan terasa menyenangkan dan kita tidak merasa sendirian menyelamatkan masa depan bumi.

Comments

  1. Mantap kak sangat bermanfaat. Perlu Pola Hidup Zero waste nih kedepannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener, Kak. Masi belajar pelan-pelan, kadang lupa tidak bawa tas belanja dan akhirnya terpaksa pakai kantong plastik dari toko.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sampah Organik Menjadi Solusi Kompor Listrik dan Pemanasan Global

Pemanasan global menjadi topik perbincangan yang selalu hangat dihidangkan kapan saja dan di mana saja. Persoalan ini sudah diperdebatkan oleh kalangan ilmuwan sejak akhir dekade 1970-an. Pemanasan global merupakan gejala naiknya intensitas efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh gas rumah kaca di atmosfer, yaitu CO 2 (karbon dioksida), CH 4 (metana), N 2 O (nitrogen oksida), CFC (kloro fluoro karbon), HFC (hidro fluoro karbon), PFC (perfluoro karbon), dan SF 6 (sulfur heksafluoro). Gas rumah kaca dapat memantulkan sinar matahari yang terperangkap di bumi secara berulang-ulang ke bumi sehingga temperatur permukaan bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca kebanyakan datang dari asap pabrik, kendaraan bermotor, dan pembakaran. Tak disangka sampah jenis organik juga menyumbang pembentukan gas rumah kaca. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) didominasi oleh sampah organik sebanyak 60%, sampah plastik 14%, sampah ...

Sekolah Ini Piknik ke Hawaii

Assalamualaikum wr wb. Salam sejahtera. Di postinganku kali ini. Aku mau bagiin cerita salah satu murid Jepang yang piknik nya ke Hawaii. Dari Jepang ke Hawaii! Oh ya, aku mau kasih tau kalo aku memposting ini dari hasil wawancara dengan salah satu murid Jepang.  Mau tau siapa dan kok bisa sampai ke Hawaii? Geser layar ke bawah!📱😃 Siapakah murid Jepang tersebut? Murid Jepang tersebut adalah Kurea, salah satu murid di Sapporo Intercultural and Technological High School (SIT). Letak sekolah ini di 717-1 Shinkawa, Kita-ku, Sapporo,  Hokkaido, Jepang (bagian utara). Sekarang murid tersebut duduk di kelas 3 (tahun terakhir). Saat umur Kurea 6 tahun dia sekolah di Bali karena pekerjaan orang tuanya. (Sapporo Intercultural and Technological High School) Kapan berangkat ke Hawaii? Mereka ke Hawaii di bulan Oktober tahun 2019, satu tahun yang lalu. Jadi, mereka ke sana saat kelas 2. Apa tujuan mereka piknik ke Hawaii? Tujuan utama mereka ke Hawaii untuk piknik atau liburan. Se...