Skip to main content

Bukan Kau Part 3: Terungkap

Assalamualaikum wr wb. Salam sejahtera. Sudah nyampe di part 3 aja nih. Gak kerasa, ya.

Jadi, aku bagi cerita ini menjadi 4 bagian karena ceritanya terlalu panjang kalau dijadiin satu. Cover ini aku juga buat sendiri di CorelDRAW X6. Tinggalkan kritik dan saran, ya😊

Maaf kalau ceritanya masih acak-acakan. Kalian tau lah, aku masih pemula, masih belum expert🙏😅

Tetep ikutin setiap part nya, ya🤗 


📱Selamat Membaca📱


Bukan Kau


     Padahal aku baru mengenalnya. Aku jadi malu sendiri memikirkan itu. Tidak, aku harus bersikap tenang dan santai jangan sampai mukaku memerah lagi. Belum tentu yang dikatakan Ume dan Sakura benar.

"Wah, bukunya keren-keren," kataku sembari melihat-lihat buku yang tersusun berdiri dengan rapi. Sesekali sambil membaca sekilas lalu menutupnya dan mencari buku-buku lain. Buku tentang kedokteran yang lebih banyak di sini, ada juga buku resep masakan, novel, dan komik.

"Baca sesuka kamu," ucap Ryo sambil menghidangkan kue mochi.

"Aku ingin membaca buku kedokteran, lalu aku akan membaca buku resep masakanan. Aku juga ingin baca komik dan novel," ucapku dengan penuh semangat melihat buku-buku di hadapanku. Sungguh pemandangan yang indah. Semua yang kuinginkan ada di sini.

Ryo terkekeh-kekeh  melihat tingkahku yang tergila-gila dengan buku.

"Kamu boleh pinjam apa saja, dibawa pulang juga boleh."

"Terima kasih, Ryo."

"Yuki." Ryo memanggil.

"Ya?" Aku menoleh. Entah kenapa aku teringat pertanyaan yang kemarin.

"Aku… Mmm....'' Ryo terlihat gugup.

"Aku? Kenapa?"

Melihat rona wajahnya yang serius dan kerlingan yang tajam membuat jantungku berdegap kencang.

"Aku... mencintaimu. Apa kau mau jadi pacarku?" Ryo memandang serius.

"Eh?" Aku bingung harus menjawab apa. Aku harus membalas apa? Aku tidak pernah berpikir ini akan terjadi sekarang. Bagaimana ini? Aku malu. Aku tak bisa bersikap tenang dan santai. Wajahku pasti biram.

"A-Aku...e...aku."

"Kamu gak perlu menjawab sekarang. Maaf mengganggu, aku mau ganti baju dulu lalu kita berangkat ke toko buku. Makan dulu kuenya." Dengan santainya Ryo berbicara lalu pergi ke kamarnya setelah dia menyatakan perasaannya. Semudah itukah baginya?!

Apa-apaan itu tadi? Aku harus bagaimana sekarang? Apa yang harus kulakukan sekarang. Orang yang selalu kupikirkan, kucari, kutunggu, kuharapkan telah mencintaiku. Jantungku masih berdenyut kencang. Pikiranku kalut. Aku teringat dengan apa yang dikatakan Ume dan Sakura. Aku tak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Inikah yang disebut cinta? Apa benar kata Ryo tadi? Bagaimana jika dia hanya main-main? Apakah harus secepat ini? Kita baru kenal, kan. Namun, aku harus segera menjawabnya, tidak mungkin dia harus menunggu lama karena aku tahu bagaimana rasanya menunggu seperti saat aku menunggu orang yang telah menyelamatkanku waktu itu yaitu Ryo.

Tak sengaja aku menjatuhkan sebuah buku di balik kertas lebar.

"Bukankah itu buku yang terjatuh saat Ryo menabrakku. Ada foto yang keluar di selipan kertas. Kurasa ini foto Ryo saat masih kecil," pikirku.

Wah, benar. Banyak foto Ryo kecil yang imut dan terlihat tak mau diam. Dia terlihat menggangu temannya dengan keusilannya itu, dia menakut-nakuti temannya dengan ular mainan. Lucunya Ryo, dia terlihat dekat sekali dengan temannya. Teman seperti saudara.

……

"Yuki, maaf membuatmu menunggu. Tadi aku masih membersihkan kamarku."

Akhirnya dia datang.

"K-kamu... Siapa kamu?" Aku mentatap tajam wajahnya, aku sedikit takut.

Ryo terkejut melihat bukunya.

"Kenapa kamu baca buku ini?!" Ryo merampas buku itu dari cengkeramanku, dia terlihat membekam amarahnya.

"Kenapa? bukannya kamu tadi bilang aku boleh membaca buku apa saja di sini?"

"Kecuali buku ini." Dia mengatakan dengan wajah datar, seakan-akan dia tidak bersalah.

Mataku berkaca-kaca.

"Kamu berhasil membohongiku."

"Kamu bicara apa, Yuki?!"

"Jangan bersikap seolah-olah kamu gak tahu. Kamu mengkianati aku. Ini gak masuk akal." Aku kecewa, aku tidak percaya dengan ini. Ada apa sebenarnya?

"Aku menulis sesuatu di buku ini tentang dia." Ryo menunduk malu mengakui kesalahannya.

Suasana menjadi hening.

"Maafkan aku. Kami saudara kembar." Ryo masih merunduk.

"Lalu kenapa kamu gak cerita sama aku? Untuk apa kamu menyamar seperti ini? Kamu tahu ini gak lucu, kan." Tak terasa air mataku mengalir, air mata kekecewaan. Aku tak akan marah-marah seperti orang gila. Itu hanya memperburuk suasana, santai saja meskipun ini menyakitkan.

Ryo hanya membisu.

"Aku sudah curiga sejak awal, kamu selalu terlihat gelisah saat aku cerita kejadian dulu itu. Aku juga merasa ada yang beda dengan penampilanmu. Dulu alisnya tebal dibanding kamu."

Ryo menengadah ke arahku, dia sedikit terkejut.

"Aku tahu kamu akan mencintai Shima. Tapi... tapi dia...."

"Tapi kenapa? Jangan sembunyikan dari aku! Aku selalu menunggu dan mencarinya."

Ryo tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya menunjukkaan sebuah ruangan.

Aku memasuki ruangan itu. Seketika tubuhku merinding. Tiba-tiba tubuhku lunglai. Aku tak siap melihat ini.

"Yuki," lirih Ryo.

"Biarkan aku sendiri dulu."

Ryo mengangguk dan berlalu.

"Shima, Shima, Shima." Aku terus memanggil namanya dalam hati.

Kenapa ini terjadi padamu? Kenapa? Kenapa?

Apa yang harus kulakukan jika seperti ini?

Aku menangis, aku tak kuasa menahan ini semua. Padahal aku selalu memikirkanmu selama satu tahun, waktu itu aku yakin akan bertemu denganmu lagi. Jadi, aku tak pernah bosan menunggu. Rindu, cemas, khawatir bercampur dan kutahan hingga suatu hari aku bertemu denganmu lagi dan hari ini aku bisa bertemu. Betapa senangnya saat aku bisa bertemu denganmu lagi seakan-akan ini keajaiban, tapi aku tidak ingin pertemuan seperti ini. Aku tak menyangka akan seperti ini. Sakit sangat menyakitkan.

"Akhirnya kita bertemu lagi, Shima Wakayama," kataku,"Terimakasih sudah hadir dalam hidupku walau hanya sebentar."

Aku hanya tak ingin ini semakin buruk. Aku mencoba menerima kenyataan di depan foto Shima, wajahnya yang putih, rambut hitamnya yang tebal, alis matanya yang tebal, dan hidungnya yang mancung. Senyumnya yang menghangatkan tapi memedihkan.

Aku mencoba menenangkan diriku.

Lalu aku berdo'a untuknya. Semoga dia tenang di sana. Aku menghapus air mataku, aku tak ingin terlihat lemah di depan Shima seperti dulu saat aku terluka. Sekarang aku tidak seperti dulu lagi.

Tidak apa-apa, aku harus menerima semua ini. Pelan-pelan aku akan mengikhlaskan.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Maaf menunggu lama," kataku.

"Tak apa," sahutnya. "Makanlah mochinya."

"Terima kasih."

"Duduklah, aku sudah buatkan teh."

"Ya." Aku duduk di hadapan Ryo.

"Maaf aku berbohong, aku gak tahu kapan waktu yang tepat untuk memberitahu ini."

"Gak papa."

Bukannya aku cuek, hanya saja aku malu untuk berbicara.

"Satu tahun yang lalu, Shima pernah bercerita padaku kalau dia bertemu dengan seseorang yang menakjubkan. Shima bilang kamu adalah gadis yang kuat, berani, dan manis."

"Benarkah?" Aku tak percaya.

Ryo melenggut.

"Padahal waktu itu kita bertengkar, kami gak berbicara beberapa hari. Berkat kamu, kami saling berbicara, mungkin setelah Shima bertemu denganmu dia belajar dari kamu"

Aku mengingat-ingat waktu itu aku pernah mengatakan pada Shima. "Aku sangat menyayangi kucingku, dia adalah temanku saat di rumah atau lebih tepatnya saudara. Aku pernah marah dengan Pusy karena dia menjatuhkan pialaku. Syukurlah, hanya ada retakan kecil. Semenjak itu aku kesal dan gak pernah bermain dengannya lagi. Lama-kelamaan aku merasa kesepian. Pialaku hanya sedikit retak tapi hati Pusy pasti pecah. Lalu aku mencarinya, dia sedang bermain sendiri dan aku memeluknya. Aku juga sadar, seharusnya aku meletakkan piala di tempat yang lebih aman." Itu yang kukatakan padanya.

"Shima berbeda denganku, dia pendiam, penurut, dan pintar. Dulu aku sangat nakal seperti preman. Ayahku resah denganku, dia memindahkanku di sekolah lain dan menyuruhku tinggal sendiri di kota Edogawa, kebetulan waktu itu rumah kami di sana belum terjual. Ayahku tak ingin keluarga Wakayama ternodai, dia hampir saja mengeluarkanku dari keluarga Wakayama. Kamu bisa membayangkan kan seperti apa aku dulu."

Aku trenyuh mendengarnya.

"Ayah mengantarkanku ke kota Edogawa dengan mobil, Shima mengejar kami dengan sepeda pancal. Aku tak peduli apapun, aku hanya diam dan bersikap seakan semua baik-baik saja. Tiba-tiba Shima tergelincir dan jatuh ke sungai, kepalanya terbentur keras dengan bebatuan. Syukurlah Shima masih sempat dibawa kerumah sakit. Saat dia sudah siuman di situlah dia memberiku buku itu. Hatiku benar-benar tersentuh melihatnya berjuang demi aku."

Mengenaskan.

Aku tak tahan mendengarnya. Pada akhirnya aku menangis lagi.

"Dia juga mengatakan agar aku mencarimu dan berteman denganmu, buat dia bahagia dan tersenyum seakan-akan kamu tak mengenal apa itu kesedihan. Shima mempercayakanmu padaku. Tak lama kemudian, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Waktu itu aku juga sama sepertimu, menangis. Aku menyesal. Aku meminta maaf pada keluargaku, mereka memaafkanku dan tetap selalu menyayangiku."

Aku hanya bisa menangis mendegarkan itu. "Maaf, ini salahku." Ryo merunduk malu.

"Jangan salahkan diri sendiri."

"Tapi… aku benar-benar mencintaimu, bukan karena Shima. Tapi karena diriku, aku tak menyangka kamu hebat dari yang aku pikirkan sebelumnya."

Aku mengusap wajahku yang bersimbah air mata dengan sapu tanganku.

"Terima kasih hidangannya dan terima kasih untuk hari ini. Maaf… aku tak bisa menjawabnya sekarang aku ingin menenangkan diriku dulu."

Rencananya aku akan pergi ke Bunkyodo Books Ningyocho, salah satu toko buku di Sumida, bersama Ryo mencari-cari buku terbaru, akhirnya tidak jadi. Sekarang aku hanya ingin pulang dan tidur. Kali ini saja aku tidak masuk kerja. Aku ingin menenangkan diriku. Lelahnya hari ini. Aku tak ingin menyalahkan siapa pun. Aku bersyukur bertemu dengan mereka. Terima kasih, Shima. Terima kasih, Ryo. Terima kasih, Ume, Sakura, dan Pusy.


Jika selalu menyalahkan orang, aku tidak akan pernah berubah. Aku sadar memiliki kesalahan. Semua ini dapat dicari jalan keluarnya dengan baik-baik.


Lanjut ke part 4, ya. Part 4 itu part terakhir lo, ya. Yuk, semangat bacanya!💪👍

https://my.w.tt/Iwg7On66cab



Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Zat Cair Menguap dari Permukaan dan Kue Matang dari Pinggir?

M engapa zat cair menguap dari bagian permukaan dan kue matang dari bagian pinggir??? Fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan melihat gaya tarik menarik antar partikel zat cair di dalam wadah. Gaya tarik menarik antar sesama molekul sejenis disebut gaya kohesi. Zat ca ir akan menguap pada suhu di bawah titik didih, disebut evaporasi. Zat cair menguap pada suhu tepat di titik didihnya, disebut vaporasi. Vaporasi dan evaporasi juga terjadi pada senyawa lain dan molekul lain yang berwujud cair. Zat cair akan menguap dari permukaan. Partikel zat cair pada permukaan hanya melakukan gaya tarik menarik dengan partikel zat cair di samping kiri kanan dan di bawah. Hal tersebut berbeda dengan partikel zat cair di bagian lebih dalam, gaya tarik menariknya dari atas, bawah, dan samping kiri kanan. Perbedaan tersebut mengakibatkan zat cair di permukaan lebih dulu menguap karena gaya tarik menarik sedikit. Proses penguapan zat cair termasuk reaksi endoterm karena zat cair membutuhkan energi untuk

Tentang Salah-Satu Klub Baseball SMA di Sapporo⚾

Assalamualaikum wr wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Kalian tahu permainan baseball? Kalian pernah bermain baseball? Kalau aku sih belum pernah bermain baseball. Nah, di postinganku kali ini aku mau membagikan hasil wawancaraku dengan salah-satu murid Jepang yang menjadi anggota klub baseball di sekolahnya. Baca sampai selesai, ya🙏😃 Siapa murid yang aku wawancarai? Dia adalah Ryuto Takahashi, murid kelas 3 di Sapporo Intercultural and Technological High School (SIT). Pasti kalian tahu sekolah ini setelah membaca postinganku yang berjudul "Sekolah Ini Piknik ke Hawaii". Murid dengan panggilan Ryo ini menjadi anggota klub baseball sejak kelas 10, sejak masuk di sekolah tersebut. Apakah ada syarat atau tes untuk bergabung di klub baseball sekolahnya? Di SIT tidak ada seperti itu. Tetapi, ada sebagian sekolah yang mengadakan tes. Berapa anggota di klub baseball SIT? Ada sekitar 70 anggota. 18 anggota dipilih oleh manajer untuk mengikuti turnamen dan sisanya tidak mengikuti t

Di Balik Mataku

Assalamualaikum wr. wb Salam sejahtera bagi kita semua. Maaf baru update, ya. Tanpa basa-basi lagi, di portingan kali ini aku buat sebuah cerpen. Jadi, ada seorang siswi SMA yang baru lulus dan berniat melanjutkan ke dunia perkuliahan, namanya Chira. Tapi, sang Kakak menolak mentah keinginan Chira, apalagi Kakaknya langsung menolak beasiswa yang ditawarkan untuk Chira. Kakaknya hanya ingin Chira tidak seperti Mama. Apakah itu alasan sebenarnya? Memang ada apa dengan Mama mereka?Padahal sang Kakak lulus dari program S1 nya. Kenapa Chira tidak boleh? Katanya sih Chira dan Kakaknya itu berbeda. Berbeda bagaimana, ya? Penasaran? Baca sampai selesai, ya🙏😊 Di Balik Mataku Sandyakala berpendar sangat cantik. Hawa dingin mulai bersemilir. Ku pandangi goresan tinta di atas secarik kertas, goresan mimpi-mimpiku yang terlihat jelas di mataku. Tidak biasanya aku menunggu selama ini. Menunggu sosok yang telah berjuang untukku sejak kecil dan selalu ada untukku dalam setiap waktu. Krek … "Aku