Assalamualaikum wr wb. Salam sejahtera. Sudah ada di part 2 nih, wow! Jadi, aku bagi cerita ini menjadi 4 bagian karena ceritanya terlalu panjang kalau dijadiin satu. Cover ini aku juga buat sendiri di CorelDRAW X6. Tinggalkan kritik dan saran, ya😊
Maaf kalau ceritanya masih acak-acakan. Kalian tau lah, aku masih pemula, masih belum expert🙏😅
Tetep ikutin setiap part nya, ya🤗
📱Selamat Membaca📱
Bukan Kau
Kring... Kring... Kring...
"Yuki, akhirnya kita bisa pulang bareng," sorak Ume.
"Ya aku juga," sambut Sakura.
"Senangnya, tapi sekarang aku masih ada kegiatan klub"
"Yah, gak jadi pulang bareng." Sakura memanyunkan bibirnya.
"Ya sudah, kami pulang dulu." Ume melambaikan tangan.
Aku menyenggut.
“Sudah lama kita gak pulang bersama,” batinku.
Dan dari tadi aku tidak kelihatan Ryo.
"Maaf aku terlambat," lirihku.
"Gak papa," sahut Rika, ketua klub, "Lihat Yuki, ada anggota baru!"
Mataku tak bisa berkedip, aku tak percaya ini.
"Yuki" Dia menyapaku.
"Selamat bergabung." Aku berusaha bersikap tenang.
"Ternyata kalian sudah saling kenal." ucap Izumi, anggota klub yang sekelas dengan Rika.
"Kalau begitu mari kita mulai rapatnya," titah Rika.
Anggota klub sastra bertambah, sekarang menjadi empat anggota. Klub sastra di sini memang tidak terlalu diminati banyak murid.
Kegiatan yang biasa kami lakukan hanyalah menulis puisi, pantun, artikel, cerpen, dan lain-lain. Kali ini klub sastra akan mengadakan acara yang menarik juga untuk memeriahkan festival budaya atau bunkasai. Bunkasai ini adalah festival tahunan yang dibuka secara umum untuk menunjukkan hasil pembelajaran siswa. Setiap kelas disulap menjadi cafe, rumah hantu, tempat karaoke atau yang lainnya. Di festival ini klub sastra akan membuat semacam pentas kecil membaca puisi dan menjual kumpulan cerpen yang akan dibukukan.
☘☘☘☘☘☘
"Maaf kemarin aku bersikap dingin." katanya.
Hari ini kami pulang bersama, kebetulan rumah kami searah. Tapi aku tidak pernah pulang lewat depan rumah Ryo karena memakan waktu lebih banyak. Tak apalah hanya selisih sedikit jaraknya.
"Gak papa, kemarin kamu memang sibuk, kan."
"Ya, kemarin Ibuku sakit. Jadi, aku yang mengurus rumah dan merawat Ibu. Sekarang dia sudah mulai bekerja."
"Syukurlah," kataku. "Oh, ya, sekarang kucingku sehat semenjak aku memeriksakan kerumahmu. Jika waktu itu aku tidak bertemu denganmu mungkin sekarang aku tinggal sendiri."
"Syukurlah kalau begitu. Ayahku masih tetap di tempat praktiknya yang dulu. Dulu sempat pindah ke kota Edogawa lalu dia buka di sini lagi," ceritanya.
"Apa kau ingin menjadi dokter juga?" tanyaku penasaran.
Dia hanya menganggut.
"Em, aku juga ingin menjadi dokter karena melihatmu cara mengobatiku saat terluka aku jadi tertarik," ceritaku,"Kamu masih ingatkan?"
"Em, ya aku ingat."
Ekspresinya aneh, dia terlihat gelisah.
"Oh ya, kamu gak tinggal dengan orang tuamu?'' tanya Ryo.
"Orang tuaku kerja di Sapporo, mungkin setelah kelulusanku mereka tinggal di sini lagi."
"Oh, gitu"
Tak terasa kami sudah sampai di depan rumah Ryo.
"Mampir dulu," ajaknya.
"Oke."
Lagipula sudah lama tidak ke sini.
"Sekalian kita membahas tentang acara klub," kata Ryo sambil menghidangkan dango dan teh hijau.
"Apa kamu masih kurang jelas sama penjelasan Rika?"
"Em… bu-bukan begitu, aku penasaran dari mana kita dapatkan cerpennya"
"Senior kita pernah membuat cerpen, kita kumpulkan saja cerpennya jika kurang kita bisa membuatnya lagi. Rika sudah nemu kumpulan cerpennya, besok tinggal kita hitung."
Aku merasai dangonya.
"Enak!" Satu tusuk dango habis seketika.
"Ibuku yang membuatnya tadi pagi."
"Hebat, ya"
Seketika suasana hening.
Aku bingung harus berbicara apa.
"Anu…'' kami sama-sama berbicara.
"Maaf, kamu dulu." Ryo gelagapan.
"Apa kamu murid pindahan?"
"Em, iya aku pindah saat kelas tiga."
"Oh, gitu. Kenapa kamu baru pindah ke sini?"
"Em, ya begitu," jawabnya dengan muka yang tidak meyasingkan.
"Begitu bagaimana?"
"Eee... agar lebih dekat dengan rumah," jawabnya masih dengan ekspresi yang sama.
Baiklah aku tak akan memaksa mungkin itu masalah keluarganya.
"Aku juga ingin mengatakan semenjak kita bertemu aku selalu memikirkanmu dan bertanya-tanya dalam hati kapan kita akan bertemu lagi. Aku selalu mencarimu dan menunggumu. Hingga akhirnya kita bertemu lagi," kataku tersenyum senang," Aku sangat berterimakasih. Semenjak lulus SMP orang tuaku bekerja di luar negeri, aku hanya tinggal bersama kucingku. Jika waktu itu gak ada kamu, mungkin aku hidup sebatang kara. Aku gak tega kucingku mati dalam keadaan sakit"
Akhirnya aku bisa mengatakannya.
Lega.
"Sekarang giliranmu."
"Apa kamu punya pacar?"
"Gak punya." Aku mencoba bersikap tenang dan santai.
"A-Aku…''
"Aku kenapa?" Aku penasaran.
"Gak jadi."
"Terima kasih hidangannya, enak sekali. Aku akan mencuci gelasnya, ya."
"Biar aku saja," kata Ryo.
"Aku saja." Paksa ku.
"Terserah." Akhirnyd Ryo pasrah dengan sikap keras kepalanya.
Rumahnya rapi. Banyak buku yang tertata rapi dan foto Ryo saat masih kecil di meja. Banyak sekali fotonya. Aku ingin membaca buku dan melihat fotonya, tapi aku harus bekerja sekarang.
Aku ingin kembali lagi kerumah ini.
☘☘☘☘☘☘
Mengejutkan kemarin dia menanyakan itu padaku tapi aku mencoba menjawab dengan santai. Memangnya kenapa dia menanyakan itu, ya?
"Kalau ada cowok yang menanyakan tentang pacar kalian gimana?" tanyaku.
"Mungkin dia ingin jadi pacarmu," jawab Ume.
"Ya, menurutku gitu juga," tambah Sakura.
"Wah, siapa yang tanya?" tanya Ume penasaran.
"Gak ada, kemarin teman kerjaku curhat, tapi aku gak tahu harus menjawab apa."
"Oh, gitu."
Kebohonganku tidak ketahuan,syukurlah.
"Kenapa mukamu merah gitu?" kata Sakura.
"Bohong." sontak aku terperanjat.
"Aku gak bohong."
"Ternyata ada yang lagi kasmaran," goda Ume.
"Selama orang itu membuatmu nyaman dan aman. Selama orang itu membuat kamu bahagia dan selalu membuatmu memikirkannya. Di situ hatimu bisa memilih," kata Sakura.
Ume tersenyum,"Gak usah terlalu rumit memikirkannya. Kamu harus yakin"
Kring...Kring... Kring...
"Ayo, masuk kelas," ajakku.
"Aku ingin makan lagi," lirih Ume.
"Bu guru akan memberi informasi tentang festival budaya sekarang. Ayo cepat!" kata Sakura.
"Wah, aku gak sabar dengan festival budaya." Ume bersemangat.
Benarkah Ryo ingin menjadi pacarku?
(Dango)
Comments
Post a Comment